Aeroponik Berbasis Organik

A.     Pengertian Aeroponik

Aeroponik merupakan salah satu cara budidaya tanaman hidroponik. Cara ini belum sefamiliar cara-cara hidroponik lainnya (seperti cara tetes, NFT – Nutrient Film Technique). Kalau dilihat dari kata-kata penyusunnya, yaitu terdiri dari Aero + Phonic.

Aero berarti udara, phonik artinya cara budidaya, arti secara harafiah cara bercocok tanam di udara, atau bercocok tanam dengan system pengkabutan, dimana akar tanamannya menggantung di udara tanpa media (misalkan tanah), dan kebutuhan nutrisinya dipenuhi dengan cara spraying ke akarnya.
Sejarah ditemukannya cara ini berawal dari penemuan cara hidroponik. Selanjutnya dikembangkanlah system aeroponik pertama kali oleh Dr. Franco Massantini di University of Pia, Italia. Di Indonesia, perintis aeroponik secara komersial adalah Amazing Farm pada tahun 1998 di Lembang (Bandung).

Sebuah produk yang dipasarkan, khususnya dengan market toko swalayan/supermarket/hypermarket dituntut 3 hal pokok, yaitu: kualitas, kontinuitas dan produktifitas. Untuk memenuhi ketiga syarat tersebut jika cara budidaya dengan cara konvensional (di tanah) sulit sekali karena banyak faktor yang mempengaruhi. Seperti faktor cuaca yang tidak begitu menentu dan faktor serangan hama yang sangat merugikan sekali bagi para petani. Salah satu cara untuk memenuhi ketiga tuntutan tersebut adalah dengan system hidroponik, khususnya aeroponik.

 Beberapa alasan menggunakan system aeroponik adalah sebagai berikut :
Luasan lahan untuk pertanian dengan tanah semakin berkurang, harga sewa/beli tanah juga mahal. Dengan menerapkan system aeroponik akan mengurangi ketergantungan ketersediaan tanah dan tidak dibutuhkan rotasi lahan. Indonesia mempunyai 2 musim , dimana musim hujan untuk pertanian sayuran di tanah akan menghadapi kendala yang lebih besar, jadwal tanam berubah dan sering terhambat.

Dengan aeroponik dipastikan bisa menanam sepanjang musim. Jika tidak mengetahui kualitas tanah, akan sulit untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman. Diperparah lagi jika musim hujan, banyak hara yang tercuci oleh air hujan (leaching). Dengan cara aeroponik, ketersediaan nutrisi tanaman terjamin setiap saat, sehingga pertumbuhannya bisa optimal, bahkan maksimal. Pada komoditi tertentu bahkan bisa diperpendek umur panen dengan kualitas yang sama. Pertumbuhan optimal akan mempengaruhi kualitas sayuran yang diperoleh.

Dalam aeroponik pula tidak dibutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak. Karena pada dasarnya semunya dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang bertenaga listrik untuk memompa air. Mungkin tenaga kerja dalam aeroponik ini untuk pengawasan terhadap alat yang bekerja dan pengepakan hasil panen sampai ke swalayan atau took sayuran. Tenaga kerja ini sangat diperlukan dari tahap produksi sampai distribusi namun kuantitasnya tidak diperlukan banyak.

B.     Metode Aeroponik

      Secara detail, prinsip aeroponik sebagai berikut. Stryrofoam yang digunakan berwarna putih, panjang 2 m, lebar 1 m dan tebal 3 cm. Stryrofoam dibor diameter 1.5 cm dengan jarak tanam 15 x 15 cm sehingga populasi yang diperoleh 44 tanaman/m2 atau 88 tanaman/helai stryrofoam.

      Bibit yang berumur 12 hari dimasukkan ke dalam lubang tanam yang dibantu dengan busa atau rockwool. Sekitar 30 cm dibawah helai stryrofoam dipasang selang PE diameter 19 mm. Tiap 80 cm selang PE ditancapi sprinkler spray jet warna hijau dengan curah (flowrate) 0,83 l/menit atau setara dengan 50b/jam dan bertekanan 1,5-2 atmosfir pada lubang (oritis) sprinkler.

      Tenaga untuk mendorong digunakan pompa dengan daya listrik (watt) antara 800-1.600 W dan dengan debit 200-240 l/m. pompa yang sedemikian kuatnya dapat melayani 100-150 sprinkler atau setara lahan produksi sekitar 200 m2. Tekanan pompa min 1.5 atm, opt 2 atm (diukur dengan manometer).

      Mengatur tekanan pompa perlu memperhitungkan hambatan-hambatan yang ada dalam penyaluran aliran. Misalnya, pompa berada tepat di permukaan tanah, sedangkan semua sprinkler berada pada 60 cm diatas permukaan tanah. Tenaga untuk menaikkan 60 cm keatas merupakan hambatan yang akan mengurangi tekanan dan harus diperhitungkan.

      Selain itu, adanya percabangaan T, siku (elbow) pada belokan, dan keran (ballvalve) juga dapat mengurangi tekanan. Pipa penyalur yang kecil akan menghasilkan gesekan aliran larutan dengan dinding pipa sehingga lebih baik menggunakan pipa atau selang berukuran agak besar untuk mengurangi gesekan. Filter digunakan untuk mengurangi kotoran yang dapat menyumbat lubang sprinkler. Terdapat beberapa macam ukuran filter dari yang kecil, sedang dan besar.Ukuran tersebut menggambarkan jumlah liter aliran yang dapat dilalui per jam. Pancaran kekuatan tinggi akan membentuk kabut butiran halus dengan jarak tembak lebih dari satu meter, dengan turbulensi tinggi dan akan mengambang lama di udara sehingga dapai mengenai seluruh sistem perakaran.

C.    Jenis Tanaman Untuk Aeroponik

      Peluang kebutuhan akan sayuran berkualitaas sangat terbuka dengan makin banyaknya masyarakat yang berbelanja ke pasar swalayan. Diversivikasi jenis sayuran perlu dilaksanakan untuk memenuhi berbagai permintaan pasar.

      Hingga saat ini jenis sayuran yang banyak dibudidayakan secara aeroponik antara lain berbagai kultivar selada (lettuce keriting hijau, cos/romaine, butterhead, batavia, lollo rossa, iceberg, head lettuce), pakchoy hijau dan putih, caysim, dan kailan serta horenzo yang baru mulai dikembangan. Kangkung dan bayam juga dapat diusahakan secara aeroponik.

      Dapat disimpulkan bahwa jenis tanaman yang sering dibudidayakan secara aeroponik pada umumnya berupa sayuran daun yang waktu panennya sekitar satu bulan setelah pindah tanam. Harga jualkomoditas tersebut juga dipilih yang dapt memberikan keuntungan maksimal. Tanaman rempah penyedap masakan, seperti oregano, parsley, thyme, dill dan basil dapat diusahakan dalam volume kecil. Namun karena harga jualnya tinggi maka konsumen atau target pasar ke hotek berbintang dan restoran eksklusif.

D.     Prospek Bagus Aeroponik 

      Aeroponik dalam dunia pertanian sangatlah menjanjikan. Karena Indonesia sebagai Negara agraris sangat ditunjang dengan keadaan geografisnya yang strategis. Dengan memiliki dua musim, maka sektor pertanian di Indonesia akan berkembang pesat. Begitu pula dengan aeroponik yang bergerak dalam bidang sayuran akan mengalami kemajuan dalam bidang produksi. Hal ini karena permintaan yang sangat tinggi dari pasar. Selain itu pula hal ini dapat menjadikan Indonesia sebagai Negara eksportir sayuran ke Negara tetangga atau ke lintas benua.

      Konsep aeroponikpun tidak menggunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi manusia dan hanya menggunakan air serta nutrisi bagi kebutuhan sayuran yang sedang ditanam. Pestisida kimia tidaklah digunakan dalam budidaya sayuran dalam metode aeroponik. Sehingga sayuran yang diproduksi aman jika dikonsumsi. Hal ini dibuktikan di sebuah farm yang kami kunjungi, sayuran yang diproduksinya dapat dimakan langsung tanpa dicuci terlebih dahulu. Hal tersebut membuktikkan bahwa sayuran tersebut itu aman dan bebas pestisida yang membahayakan bagi tubuh.

      Dilihat dari segi bisnis, aeroponik cukup menguntungkan jika dikembangkan dengan managemen perusahaan yang baik. Dengan standar yang ditentukan untuk produksi maupun distribusi maka hal ini akan membangkitkan geliat para pengusaha untuk bergerak dalam dunia pertanian yang berbasis industri. 
Semoga hal ini dapat menjadi inspirasi untuk kembali ke pertanian organik yang menyehatkan.